oleh : Siti Supatmiati
Peristiwa ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny pada hari Senin tanggal 29 September 2025, sungguh sangat memprihatinkan serta menyedihkan, terutama bagi para orang tua santri. Dimana saat itu para santri sedang melaksanakan shalat Ashar berjamaah di lantai dua gedung Ponpes. Banyak santri yang menjadi korban reruntuhan gedung. Berdasarkan keterangan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN) jumlah santri yang selamat sebanyak 104 orang dan 67 santri yang meninggal (DetikJatim, 7 September 2025).
Runtuhnya gedung pesantren Al Khoziny, begitu mengejutkan orang tua para santri. Mereka menyadari bahwa ini bagian dari takdir Allah SWT. Namun tetap diperlukan ikhtiar dalam pencarian para korban yang terjebak dalam reruntuhan gedung. Serta mencari penyebab runtuhnya gedung pondok pesantren tersebut. Pemimpin pondok pesantren Al khoziny mengatakan bahwa peristiwa ini merupakan takdir dari Tuhan, dan meminta semua pihak untuk bersabar. Proses evakuasi korban reruntuhan Ponpes Al Khoziny dipimpin langsung oleh ketua Bazarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syafi, evakuasi serta membersihkan material gedung, dilakukan selama sembilan hari dari peristiwa runtuhnya Ponpes pada tanggal 29 September 2025. (CNN Indonesia, 8 Oktober 2025).
Dalam proses evakuasi para santri yang tertimpa reruntuhan gedung, banyak peristiwa yang memilukan hati. Dimana terdapat potongan tubuh santri yang tertimpa material reruntuhan gedung. Ada pula santri yang harus di amputasi bagian tubuhnya pada saat evakuasi. Banyaknya santri yang terluka dan wafat tentu menorehkan luka yang mendalam bagi orang tua santri tersebut. Para orang tua yang semula berharap anaknya akan menimba banyak ilmu agama di pesantren, harus menerima kenyataan dengan adanya musibah ini.
Peristiwa ini disebabkan kesalahan dalam kontruksi bangunan. Dimana gedung pesantren yang semula diperuntukan untuk satu lantai dibuat menjadi empat lantai. Hal ini menyebabkan tiang penyangga tidak mampu menahan beban lantai diatasnya, sehingga gedung pesantren ambruk, dan memakan banyak korban. Para orang tua santri yang kehilangan anaknya menuntut untuk adanya tanggung jawab pihak pesantren dalam peristiwa ini, dan akan di proses melalui jalur hukum. Hal ini mendapat respon dari Kapolda Jawa Timur Insvektorat Jendral Nanang Avianto. Menurut Nanang proses hukum akan dilaksanakan setelah selesai proses evakuasi.
Runtuhnya gedung Ponpes Khoziny ini menjadi cerminan kurangnya perhatian pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Seperti halnya dalam pembangunan gedung pesantren yang pendanaannya berasal dari iuran uang santri. Tentunya anggaran yang terkumpul sangat tergantung pada besar kecilnya iuran para santri. Sehingga dalam penyediaan sarana dan prasarana pesantren terbatas pada iuran tersebut. Seharusnya pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan.
Kurangnya perhatian pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana sekolah ataupun pesantren, tentu sangat berpengaruh dalam peningkatan kwalitas berpikir para siswa atau santri. Tentu hal ini akan menambah kesulitan dalam mewujudkan generasi emas. Dimana diharapkan generasi emas dapat meneruskan serta mewujudkan pembangunan bangsa dan negara.
Pendidikan yang diberikan pada saat ini, lebih ke membentuk generasi yang memiliki kemampuan untuk bekerja, dengan tujuan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya, tanpa disertai dengan pembekalan ilmu untuk meningkatkan ketaqwaan individu. Hal ini dapat dilihat dengan semakin pendeknya jam pelajaran agama. Begitu pula dengan tingkat kesejahteraan guru. Masih banyak guru-guru honorer yang gajinya sangat jauh di bawah upah minimum. Masih banyak guru-guru terutama dipelosok daerah yang hidupnya jauh dari sejahtera. Semua ini sebagai akibat dari berlakunya sistem Kapitalisme sekulerisme saat ini. Dimana sistem ini memiliki empat asas kebebasan, dengan kebebasan ini masyarakat hidup jauh dari aturan agama. Sehingga setiap kebijakan dan aturan yang berlaku jauh dari nilai-nilai agama.
Berbeda dengan sistem Islam, dimana seluruh aspek kehidupannya diatur sesuai dengan syariat Islam. Seperti halnya dalam aspek pendidikan, Islam mewajibkan setiap umatnya untuk menuntut Ilmu sebagaimana hadist Rasul “menuntut ilmu wajib untuk setiap kaum muslimin”. Dan untuk dapat mengamalkan hadist Rasul ini negara harus untuk memberikan fasilitas pendidikan yang terbaik, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Mulai dari penyediaan gedung untuk sekolah maupun pesantren, harus dibuat dengan kokoh agar menjamin keselamatan para santri didalamnya. Dalam sistem Islam negara menjamin pendidikan setiap warganya, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya pendidikan. Biayanya berasal dari baitul mal (kas negara). Sistem Islam juga begitu memuliakan para guru, dengan memberikan gaji yang besar, dan fasilitas lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan para guru.
Pendidikan yang diberikan dalam sistem Islam bertujuan untuk membentuk pola pikir dan pola sikap yang senantiasa terikat dengan syariat. Sehingga dengan demikian akan terbentuk generasi yang dapat membangun bangsa dan negara dengan penuh ketaqwaan. Dengan meningkatnya nilai ketaqwaan dalam masyarakat, maka Allah SWT akan menurunkan keberkahan bagi negeri tersebut.
Sebagaimana yang tercantum dalam surat Ar Araf 96 yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Dengan menerapkan sistem Islam di seluruh aspek kehidupan, maka akan tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera. Untuk itu kita harus terus mengupayakan agar sistem Islam dapat segera tegak. Allaahu ‘alam bishshawab
Gedung Pondok Pesantren Ambruk, Cermin Jaminan Fasilitas Kesehatan Buruk











