Penulis : Yuli Yana Nurhasanah
Tantangan kompleks generasi muda saat ini adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja. Lonjakan penderita kesehatan mental mencapai 15,5 juta orang, yaitu setara dengan 34,9 persen dari total keseluruhan remaja Indonesia.
Selain itu, tren memilih untuk tidak memiliki anak juga semakin bertambah. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2022, yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), sekitar 72.000 atau 8,2 persen perempuan memilih untuk hidup tanpa memiliki anak.
Sungguh memprihatinkan mengingat Indonesia adalah negara yang besar dan generasi muda merupakan modal dari pembangunan. Angka lonjakan penderita kesehatan mental muncul dari hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2024.
Untuk merespons kondisi tersebut, pemerintah perlu melakukan langkah krusial, diantaranya dengan penguatan karakter generasi muda untuk menuju persiapan Indonesia Emas 2045. Pemimpin-pemimpin muda dan perannya sangat dibutuhkan. (www.tempo.co 15-02-2025)
Banyaknya remaja yang terkena penyakit mental menunjukkan gagalnya negara dalam membina generasi. Generasi Emas 2045 nyaris mustahil terwujud jika kondisi ini terus dibiarkan.
Saat ini, begitu mudah seseorang mengalami stres hingga depresi, dengan tata kehidupan sekulerisme yang jelas merusak generasi yang mengatasnamakan kebebasan. Akibatnya, generasi muda saat ini jauh dari peran mereka, yang seharusnya menjadi agen perubahan.
Di sisi lain, negara secara sadar menerapkan sistem kapitalisme dan sekularisme yang berdampak mewarnai kehidupan dalam berbagai aspek. Sistem saat ini bukanlah habitat asli untuk manusia, terutama umat Islam.
Sekuler adalah sistem yang mempersempit ruang hidup manusia, menjauhkan agama dari kehidupan, dan mengalihkan tujuan hidup manusia dengan fokus pada materi saja. Keluarga, yang seharusnya menjadi fungsi utama dalam pendidikan, sibuk mengejar materi, dan keluarga yang seharusnya diperhatikan menjadi korban terabaikan.
Ketiadaan perhatian dari keluarga juga menjadi salah satu penyebab besar masalah kesehatan mental. Perhatian adalah salah satu hal penting yang harus diberikan keluarga kepada anggota keluarga/anak. Jangan sampai seorang anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tuanya mencari perhatian dengan cara yang salah dan membuat orang tua marah.
Bukan hanya keluarga, sekolah pun memiliki peran penting dalam membangun kesehatan mental anak bangsa. Pendidikan sekuler saat ini membentuk remaja berperilaku liberal yang gagal memahami jati dirinya. Remaja pun gagal memahami penyelesaian yang shahih atas segala persoalan kehidupannya, dan penyakit mental pun tak terhindarkan.
Ditambah peran sekolah dengan berbagai stakeholder-nya, yang difungsikan hanya untuk mengejar target materi semata, sekolah hanya fokus pada kurikulum yang mencetak pekerja, bukan sebagai penemu. Akreditasi sekolah yang berkiblat pada asing, yang jauh dari akidah Islam, semakin menghantarkan pada jiwa yang gersang, jauh dari siraman akidah Islam.
Tidak heran jika akhirnya lahir jiwa-jiwa rapuh yang mudah putus asa, depresi, dan berakhir bunuh diri. Padahal seorang anak akan menjelma menjadi manusia yang kuat secara fisik dan mental bila ditangani dengan langkah yang tepat. Trauma dan stres seseorang dapat dilewati dengan baik jika memiliki daya lenting yang kuat.
Terlebih, negara yang lepas fungsi dan kontrol terhadap rakyatnya, yang seharusnya mengayomi dan melayani rakyat. Ditambah kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih condong kepada sang pemilik modal, menambah beban berat rakyat. Sistem saat ini ibarat api yang sedikit demi sedikit membakar tiap-tiap sendi kehidupan, juga termasuk menciptakan derita kesehatan mental pada generasi.
Berbeda dengan Islam, kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam. Solusi dari permasalahan saat ini hanya dapat ditemukan melalui solusi yang hakiki, yang mengatasi setiap permasalahan dari akar hingga daun, bukan solusi instan yang hanya mengatasi masalah dengan masalah baru.
Islam mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas akidah Islam. Negara juga wajib menyiapkan orang tua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia, yang bermental kuat. Negara akan menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam, yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya.
Karena bila Islam terpuruk, tidak akan ada kemuliaan, dan jika generasi rusak, masa depan Islam akan suram, karena keberlangsungan generasi adalah keberlanjutan juga bagi peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam begitu serius mendidik generasi unggul, bertakwa, cerdas, dan berkepribadian mulia. Semua demi tegaknya kehidupan Islam yang berkah, menjangkau seluruh penjuru dunia dan alam semesta.
Islam adalah agama sempurna yang memiliki aturan untuk memecahkan setiap permasalahan umat, termasuk kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental ini lahir dari peradaban Barat yang memiliki pandangan hidup sekuler kapitalisme. Sistem ini menjauhkan agama dari kehidupan, menyebabkan seseorang, termasuk remaja, kehilangan jati diri sebagai Muslim dan tidak memahami hakikat penciptaan. Wallahualam bishawab
Redaksi IO