KARAWANG, Idisionline.com – Di sebuah sudut Kampung Tanjung Plawad Kabupaten Karawang, terhampar sebuah sejarah panjang yang terukir dalam setiap bata dan kayu.
Bukan sekadar bangunan, namun cerminan dari dedikasi tanpa henti untuk syiar Islam. Inilah kisah Baabul Khoir, yang bertransformasi dari mushola sederhana di era 70-an, menjadi Majlis Ta’lim, lalu Pondok Pesantren, hingga kini menghadapi babak baru yang mengharukan: perobohan bangunannya demi cita-cita yang lebih besar.
Sejarah Baabul Khoir bermula pada tahun 1970-an. Di tengah keterbatasan, sosok H. Amin Bin Wahin menginisiasi pendirian sebuah mushola kecil.
Sebuah tempat sederhana yang menjadi pusat ibadah bagi masyarakat sekitar. Benih kebaikan yang ditanam H. Amin ini kemudian tumbuh dan berbuah, menjadi cikal bakal sebuah pergerakan dakwah yang tak pernah padam.
Perjalanan Baabul Khoir berlanjut. Pada tanggal 15 April 1990, dengan semangat yang tak kalah gigih, H. Endin Hasanuddin Bin H Amin mengambil tongkat estafet kepemimpinan.
Beliau memiliki visi yang lebih besar, membangun sebuah Majlis Ta’lim Baabul Khoir dua tingkat, berbasis Mushola dan Majlis Ta’lim.
Bangunan ini bukan hanya simbol kemajuan fisik, tetapi juga peningkatan kualitas pendidikan agama yang ditawarkan.
Majlis Ta’lim ini menjadi mercusuar ilmu, menarik lebih banyak santri dan jamaah untuk mendalami Islam.
Transformasi signifikan terjadi pada 4 Desember 2004. Majlis Ta’lim resmi naik status menjadi Pondok Pesantren Baabul Khoir.
Sebuah institusi pendidikan Islam yang lebih komprehensif, mengemban amanah besar dalam mencetak generasi penerus agama.
Namun, estafet kepemimpinan kembali berganti. Empat putra H. Endin Hasanuddin – Ahmad Romli, Acu Syamsuri, Agus Syafei, dan Dede Miftahul Akbar – kini bahu-membahu meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh ayah dan kakek mereka.
Di bawah bimbingan empat bersaudara ini, Pondok Pesantren Baabul Khoir terus berkembang, menjadi rumah kedua bagi ratusan santri yang menimba ilmu agama dan akhlak mulia.
Mereka tidak hanya mewarisi bangunan fisik, tetapi juga semangat juang, keikhlasan, dan cita-cita luhur para pendahulu.
Namun, sejarah tak berhenti pada pembangunan. Pada tanggal 24 Oktober 2025, sebuah keputusan besar dan mengharukan harus diambil.
Bangunan Pondok Pesantren Baabul Khoir yang telah berdiri kokoh selama puluhan tahun, yang menjadi saksi bisu jutaan doa dan lantunan ayat suci, akan dirobohkan.
Keputusan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah babak baru. Perobohan ini adalah bagian dari visi untuk membangun fasilitas yang lebih modern, lebih luas, dan lebih representatif, demi menampung lebih banyak santri dan memberikan pendidikan yang lebih baik di masa depan.
Sebuah pengorbanan yang mendalam, di mana jejak-jejak masa lalu dilepaskan demi menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Kisah Baabul Khoir adalah cerminan dari semangat pantang menyerah, keikhlasan, dan cita-cita mulia dalam menyebarkan ajaran Islam.
Setiap batu yang dilepas, setiap reruntuhan yang tersisa, akan menjadi saksi bisu sebuah sejarah yang mengharukan, dan fondasi bagi bangunan impian yang akan segera berdiri kokoh di Tanjung Plawad.












