Idisi Online – Sejak resolusi PBB tahun 1947, kaum Yahudi Israel diperbolehkan untuk menempati sebagian wilayah Palestina. Kemudian pada tahun 1948 Israel mendeklarasikan kemerdekaannya.
Maka sejak itu masyarakat Palestina terus menerus mengalami konflik dengan tentara Israel, yang terus berusaha untuk memperluas wilayahnya di Palestina. Serangan demi serangan Israel menjadikan masyarakat Palestina mengalami penderitaan.
Senjata Israel yang dibantu para sekutunya tentu tidak seimbang dengan tentara Palestina, hal ini menjadikan Israel berhasil memperluas wilayahnya di Palestina, dimana sampai saat ini luas wilayah Israel di Palestina sudah mencapai 22.072 km.
Konflik ini kembali memanas, sejak Israel melakukan genosida terhadap penduduk Palestina pada tanggal 7 Oktober 2023. Israel, dengan menghancurkan seluruh bangunan dari wilayah utara sampai selatan Palestina. Baik rumah-rumah penduduk, maupun fasilitas pendidikan serta fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, gedung-gedung sekolah semuanya hancur.
Serangan Israel begitu gencar, Israel menyerang pada siapa saja termasuk kaum perempuan, lansia juga anak-anak yang tidak berdosa. Sejak genosida ini dimulai sampai saat ini jumlah penduduk Palestina yang menjadi korban serangan Israel sudah mencapai lebih dari 40.405 jiwa (6 Agustus 2024, CNN Indonesia).
Masyarakat dunia begitu berempati melihat penderitaan bangsa Palestina, berbagai negara banyak mengirimkan bantuannya, terutama berupa bantuan makanan, obat-obatan, pakaian. Selain itu banyak negara yang memboikot barang-barang produk Israel dengan tujuan untuk merusak perekonomian Israel.
Namun hal ini tidak menurunkan serangan Israel terhadap bangsa Palestina, adanya dukungan dari Amerika dan sekutunya, membuat serangan Israel terhadap Palestina semakin gencar. Bangsa Palestina begitu membutuhkan bantuan dari seluruh negeri-negeri muslim, tidak hanya bantuan makanan, obat-obatan, namun yang sangat dibutuhkan adalah pasukan tentara yang dapat berjuang bersama-sama untuk mengusir Israel dari tanah Palestina.
Sistem Kapitalisme yang melahirkan rasa Nasionalisme, menjadikan masing-masing negara hanya mengurusi urusan bangsanya sendiri, tidak ada saling melindungi satu sama lain. Begitu pula dengan negeri-negeri muslim, mereka seolah-olah menutup mata dengan apa yang terjadi dengan saudaranya di Palestina.
Seharusnya sesama muslim, harus saling membantu untuk melepaskan saudaranya dari penderitaan akibat serangan musuh, dengan mengirimkan pasukan terbaiknya.
Kehidupan sekuler saat ini menjadikan seorang muslim, tidak memahami bahwa salah satu bentuk keimanan pada Allah adalah dengan mencintai saudaranya. Karena muslim yang satu dengan yang lain ibarat satu tubuh dimana bila salahsatunya merasa sakit muslim yang lain akan turut merasakannya.
Sebagaimana hadist Rasul SAW “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (HR Bukhari dan Muslim).
Untuk menumbuhkan rasa cinta dalam ikatan akidah Islam, kaum muslimin harus senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ketaqwaan ini akan melahirkan rasa saling melindungi, menjaga antara muslim yang satu dengan muslim lainnya.
Salah bentuk penjagaannya yaitu dengan melindungi kaum muslimin dari kaum penjajah. Dengan mengusir musuh-musuh ini, dari negeri muslim melalui jihad. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Hajj ayat 78 yang artinya “Dan berjihadlah kamu dijalan Allah, dengan jihad yang sebenar-benarnya, Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menghendaki kesukaran untukmu dalam agama, (ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim”.
Islam memberikan solusi terbaik bagi setiap permasalahan dalam seluruh aspek kehidupan, sesuai dengan syariatnya. Begitu pula dalam penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel, solusi terbaiknya adalah berjihad.
Untuk itu sudah seharusnya kaum muslimin diseluruh dunia bersatu menyusun kekuatan untuk berjihad membebaskan bangsa Palestina dari serangan Israel laknatullah. Allahu ‘alam bishshawab.
Penulis : Siti Supatmiati