Penulis : Wawanti

Idisi Online,- Seorang ibu rumah tangga berinisial SS (27) ditangkap karena menjual bayinya seharga 20 juta melalui jasa MT (55) di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan sumatra Utara, pada selasa (6/8/2024). Mulanya petugas mendapat informasi dari warga, akan ada transaksi jual beli bayi di rumah sakit daerah Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Alasan SS tega menjual bayinya  karena kesulitan ekonomi, sedangkan MT yang mengantarnya mendapat upah 3 juta. Mereka pergi menemui Y (56) dan NJ (40) untuk menyerahkan bayi tetsebut. Keduanya membeli bayi tetsebut karena lama belum dikaruniai anak. Kemudian petugas menggrebek kejadian transaksi tersebut dengan bayi yang masih digendong. Saat ini keempat pelaku yang akan menjalani proses penahanan hukum sesuai dengan Undang-undang No 35 tahun 2014 dengan ancaman penjara 15 tahun.

Dengan kesulitan ekonomi saat ini mengakibatkan sampai teganya seorang ibu menjual bayinya sendiri demi uang. Naluri seorang ibu hilang begitu saja dikalahkan dengan kebutuhan hidup yang serba sulit. Ini dikarenakan negara kita memakai sistem sekulerisme kapitalis yang semua disandarkan dengan materi dan untung rugi. Begitu pula pemerintah apapun harus ada keuntungan. Seperti halnya pajak yang di lbebankan kepada rakyat yang semakin taun semakin aneh saja kebijakanya. Sudahlah rakyat terbebani akan pajak, ditambah biaya pendidikan, kesehatan yang semakin mahal pula. Hal ini menjadikan para suami harus memutar otak dan tenaga untuk bisa mencukupi semua biaya itu.

Dimana ada keuntungan materi pasti akan dikejarnya, ini juga disebabkan oleh abainya negara terhadap rakyatnya. Banyknya PHK dari perusahaan, ketersediaan dan kesempatan mencari lapangan pekerjaan semakin sulit. Akibatnya para suami tidak bisa memenuhi kebutuhan istri dan anaknya, jadilah seorang ibu yang harus ikut turun tangan untuk mencari tambahan nafkah keluarga. Disinilah fungsi keluarga tidak berkalan secara optimal.

Di sini juga bisa dilihat dari sisi pendidikan yang gagal karena pendidikan dengan sistem sekulerisme yang dimana memisahkan agama dari kehidupan. Maka masyarakat tidak lagi berpatokan dengan syariah Islam yaitu halal haram, melainkan mereka berpatokan dengan baik atau buruk saja. Out put pendidikan saat ini pun hanya bertujuan mencetak para lulusan yang berorientasi materi, tanpa dibekali daya juang dan iman yang kuat.

Berbeda dengan sistem Islam yang mengurus rakyat. Negara sebagai raa’in (pengurus), sabda Rasul SAW : “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR.AL-Bukhari). Negara menjamin kesejahteraan rakyatnya dengan cara memperluas lapangan pekerjaan bagi para suami dan seorang ibu tidak harus bekerja mencari nafkah. Karena tugasnya hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Gizi bagi ibu hamil dijamin juga oleh negara.

Pendidikan rakyat digratiskan untuk bisa mencetak generasi yang unggul dan berpatokan pada hukum Islam. Pendidikan sangat penting dan berpengaruh pada masyarakat untuk melakukan aktivitas yang berpatokan halal haram dan dosa pahala. Dimana tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam pada para siswa. Sehingga dengan hal itu terlahir generasi selanjutnya yang senantiasa memiliki ketakwaan yang kuat. Peran mediapun menjadi salah satu penunjang terjaganya ketakwaan individu tadi bahkan menjadi salah satu jalan yang berperan mendukung terbentuknya keimanan.

Maka dari itu optimalnya fungsi keluarga dan terjaminnya seluruh kesejahteraan rakyat hanya akan dapat terwujud manakala negara dan pemimpinnya tahu kewajiban mereka atas rakyatnya. Dimana hal tersebut akan terwujud manakala Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan ini. Allahu a’lam bishshowab.

Info Lainnya  Pj Wali Kota Menggelar Pengajian dan Doa Bersama Anak Yatim di Cibeunying Kaler

Google News – Idisi Online