Garut, idisionline.com|| Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al Ilyas yang berlokasi di jalan raya Malangbong Kabupaten Garut dalam cut off Data Pokok Pendidikan (Dapodik) tiap Tahun ajarannya kini tengah jadi sorotan publik.
Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kolaborasi Masyarakat Pelita Indonesia (KMPI) serta sejumlah awak media menyoroti adanya dugaan tidak sinkron sejumlah komponen yang tercantum dalam Dapodik dengan faktualnya.
Dalam lawatannya ke SMK yang dinaungi Yayasan Al Ilyas, Rabu (06/11/2024) ketua LSM KMPI Domo Lawira yang langsung turun tangan, mengungkapkan lawatan pihaknya ke Sekolah Kejuruan itu bukan kali pertama.
“Sebelumnya kami sempat mendelegasikan anggota kami untuk bersilaturahmi dengan Kepala SMK Al Ilyas. Namun hingga Dua datang, Kepala Sekolah tidak berhasil ditemui. Berarti ini kali ke 3 kami datang dengan berbekal surat formil didampingi rekan media” tutur pria yang akrab disapa bang Domo.
Sayangnya kedatangan tim LSM KMPI kali itupun masih belum berhasil bertemu dengan Kepala Sekolah. Padahal sebelumnya Security dan salah seorang Staf mengatakan Bapak Kepala ada.
“Bapak kepala sedang ada tamu, silahkan ditunggu,. Kalau boleh tahu kepentingan bertemu dengan Pak Kepala, ada apa. Mungkin nanti bisa saya sampaikan” ucap Staf penerima tamu.
Selang waktu kemudian, yang datang bukan Kepala Sekolah namun 2 orang Staf pengajar, salah seorangnya mengaku bernama Lutfhi bidang kesiswaan.
“Maaf Bapak sedang ada rapat di daerah Sukawening dengan pengawas dari KCD, mungkin nanti bisa saya sampaikan kepentingannya. Karena saya tidak punya kapasitas untuk menjawab perihal konfirmasi dana BOS dan Dapodik” Ujarnya.
Keterangan berbeda antara staf di SMK itu keberadaan kepala Sekolah cukup menarik, entah memang salah persepsi atau memang sangat KS alergi dengan LSM atau jurnalis.
Disinggung perihal jumlah Peserta Didik dan Rombongan Belajar yang ada saat ini, Lutfhi sebagai bidang kesiswaan menjawab detail.
“Total jumlah siswa yang ada saat ini karena saya bidangnya bisa menjelaskan jumlahnya ada 275 peserta Didik, Dengan terdapat 12 Rombel” jelas Lutfhi.
Keterangan yang disampaikan Luthfi itu langsung ditampik Domo Lawira, karena dianggap tidak sesuai dengan yang tercatat dalam Dapodik.
“Jumlah siswa yang tercatat dalam Dapodik periode ini tercatat 320 orang dengan 13 Rombel yang ada. Itu saja sudah tidak Sinkron, bagaimana dengan penerimaan dan penerapan anggaran dari BOS dan lainnya. Kita luruskan nanti dengan pembuktian pihak berwenang” sanggah Domo.
Tidak sinkronnya keterangan yang disampaikan staf kesiswaan dengan Dapodik. Menjadi indikator adanya dugaan maladministrasi yang mengarah kepada penggelembungan jumlah siswa. Sehingga potensi terbukanya celah praktik penyimpangan anggaran kian terbuka.
Diakhir lawatannya itu Domo Lawira bersama tim meninggalkan surat sebagai bahan kajian serta klarifikasi, menunggu respon dari Kepala Sekolah.
“Kewajiban kami sebagai kontrol sosial telah kami sampaikan melalui surat tersebut, kami menunggu respon Kepala Sekolah. Untuk ditindaklanjuti dengan pelaporan kami kepada pihak berkompeten atas dugaan tersebut” pungkas Domo
**Her/Red
SMK Al Ilyas Malangbong Garut Terindikasi Rekayasa Dapodik, LSM KMPI Endus Adanya Dugaan Penyelewengan Dana BOS






