‘Sampah adalah masalah yang sangat nyata, jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada kesehatan, kelestarian lingkungan, dan kualitas hidup kita,” ucap Viky.

“Fitur Bank Sampah di aplikasi kebanggaan Jawa Barat, yaitu Sapawarga telah hadir sebagai salah satu solusi untuk membantu kita semua terkait pengelolaan sampah, terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari sumbernya.
“Dengan memanfaatkan teknologi dan keterlibatan warga, gerakan memilah sampah dapat dilakukan secara masif dan terorganisir,” ujar Viky.
Sementara itu Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Dodit Ardian Pancapana memaparkan bahwa setiap orang per hari rata-rata menghasilkan sampah 2,5 liter (l), dimana orang dengan tingkat kemampuan ekonomi lebih tinggi (6 l/orang/hari) menghasilkan sampah lebih banyak dibanding orang dengan tingkat kemampuan ekonomi lebih rendah (3 l/orang/hari).
Sampah di perumahan pada hari libur (3 l/orang/hari) juga lebih banyak dibanding hari biasa (2,5 l/orang/hari).
Menurut Dodit, berbagai permasalahan sampah di kawasan Bandung Raya, di antaranya terkait aspek perilaku menyangkut kesadaran dalam mengurangi, memilah dan mengolah sampah dari sumbernya secara bertanggung jawab.
Kemudian internalisasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau mengurangi, menggunakan ulang, dan mendaur ulang sampah yang kurang efektif dan terpadu, termasuk aspek regulasi, kelembagaan dan penganggaran terhadap prinsip 3R.
“Pelarangan sampah organik masuk ke TTPAS (Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah) Sarimukti juga belum efektif, dimana kabupaten kota di kawasan Bandung Raya masih mengirim sampah organik ke Sarimukti,” ungkapnya.
Dodit memaparkan, berbagai upaya telah dilakukan Pemdaprov Jabar untuk menangani permasalahan sampah menyusul telah penuhnya kapasitas TPPAS Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat.
“Ada komitmen bersama penanganan sampah terpadu di Bandung Raya yang melibatkan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya melakukan skema zero waste pengolahan sampah pada kawasan perkantoran Gedung Sate serta di kantor-kantor OPD di lingkungan Pemdaprov Jabar.
“Kami melakukan pengelolaan sampah mandiri di perkantoran Gedung Sate, mulai dari tempat sampah yang dibagi tiga jenis sampah hingga mengolah sampah organik untuk kemudian dijadikan pupuk,” pungkas Dodit.
Hal senada dikatakan CEO Plastavfall Bank Reza Ramadhan Tarik. Menurutnya, pemilahan diperlukan karena sampah di TPA tidak terolah dengan baik. Masih banyak sampah residu seperti wadah makanan dari plastik serta botol yang masuk ke TPA.
“Karenanya kurangi sampah-sampah tersebut dengan kita membawa tempat makan atau minum sendiri yang bisa digunakan cukup lama,” paparnya.
“Kita menerima sampah-sampah residu seperti botol plastik, kresek, botol kaca , minyak jelantah hingga bahan- bahan dari logam,” imbuhnya.
Rep. Imul, Sumber : Humas Jabar